Saham GameStop: Sebuah Proposisi Investasi yang Kompleks

GameStop Stock

GameStop (NYSE:GME) membuat headline pada pertengahan 2020 ketika mengalami short squeeze yang belum pernah terjadi sebelumnya, didorong oleh posisi short besar-besaran dari hedge fund. Hal ini menyebabkan kenaikan meteoris dalam harga sahamnya, diikuti dengan penarikan 84% dari level tertingginya. Para investor kini memperdebatkan apakah GameStop mewakili permainan nilai pada harga sekitar $17 saat ini.

Di sisi positif, GameStop telah berupaya meningkatkan posisi keuangannya dengan melunasi sebagian besar utangnya, menghasilkan Rasio Utang/Ekuitas di 1/3 bawah perusahaan pelapor. Selain itu, perusahaan memiliki $1,19 miliar dalam kas, memberikan fleksibilitas keuangan.

Namun, ada metrik keuangan yang mengkhawatirkan untuk dipertimbangkan. GameStop secara konsisten mencatat kerugian negatif sejak 2020, dengan margin laba negatif, return on equity, return on assets, dan laba per saham (EPS) yang negatif. Perusahaan ini juga tidak menawarkan dividen, menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan hidup jangka panjangnya.

Meneliti Model Bisnis GameStop

Meneliti model bisnis GameStop mengungkapkan tantangan lebih lanjut. Pendapatan perusahaan terutama berasal dari tiga sumber: perangkat keras & aksesoris (53%), perangkat lunak (30,7%), dan koleksi (16,3%). Pasar perangkat keras dan aksesori menghadapi persaingan ketat dari pengecer online seperti Amazon, Best Buy, dan Walmart, yang dapat menawarkan harga kompetitif karena skala mereka.

Segmen perangkat lunak, yang menyumbang 30% pendapatan GameStop, menghadapi pergeseran dari penjualan game fisik menuju unduhan digital dan streaming. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, menimbulkan tantangan signifikan bagi bisnis GameStop.

Satu area di mana GameStop berpotensi adalah koleksi, yang saat ini memberikan kontribusi 16,3% dari pendapatannya. Dengan jaringan toko fisik yang luas di seluruh dunia, GameStop memiliki infrastruktur untuk melayani kolektor dan menyelenggarakan acara di pusatnya. Namun, kesuksesan segmen ini tergantung pada kemampuan perusahaan untuk secara efektif memanfaatkan pasar kolektor yang menguntungkan.

Perbandingan: GameStop dan Blockbuster

Perbandingan telah ditarik antara situasi GameStop dan kejatuhan Blockbuster. Blockbuster suatu waktu adalah kekuatan dominan dalam penyewaan film tetapi akhirnya tersingkir oleh layanan streaming seperti Netflix. Hari ini, hanya satu toko Blockbuster yang tersisa. GameStop menghadapi tantangan serupa dalam beradaptasi dengan transformasi digital industri game.

Rilisnya film “Dumb Money,” yang mengisahkan short squeeze GameStop pada 2020, dapat sementara meningkatkan minat pada saham GameStop dan menciptakan reli jangka pendek. Namun, beberapa investor mungkin memandang ini sebagai kesempatan untuk short saham, mengantisipasi trajektori penurunan berkelanjutan.

Kesimpulan

GameStop menyajikan proposisi investasi yang kompleks. Sementara beberapa mungkin melihat potensi nilai pada harga saat ini, yang lain percaya bahwa perusahaan ini menghadapi tantangan signifikan dalam industri yang berkembang pesat. Hasilnya mungkin tergantung pada kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan menemukan kembali dirinya. Seperti investasi apa pun, opini dapat bervariasi, dan perspektif individu memainkan peran penting dalam membentuk keputusan investasi.