China Disarankan Bayar Warga Rp 2,3 M Demi Atasi ‘Resesi Sex’

Wisatawan memadati taman wisata kota terlarang di Beijing. (AP/Andy Wong)

Jakarta, – China terancam alami resesi seks. Ini karena pertumbuhan jumlah penduduknya yang turun. Pemerintah pun disarankan untuk memberikan kompensasi kepada warga yang melahirkan.

Menurut sensus nasional yang dirilis Selasa (11/5/2021), tingkat pertumbuhan tahunan China rata-rata adalah 0,53% selama 10 tahun terakhir. Ini turun dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 0,57% antara tahun 2000 dan 2010. Pada 1 November 2020, populasi China mencapai 1,41 miliar orang.

Angka kelahiran China terus menurun sejak 2017, meskipun Beijing melonggarkan “kebijakan satu anak” yang sudah disahkan selama puluhan tahun untuk mencegah krisis demografis di sana.

Hal ini sebagian disebabkan oleh penurunan angka pernikahan dalam beberapa tahun terakhir. Pasangan yang bergumul dengan mahalnya biaya membesarkan anak di kota-kota besar, serta perempuan yang secara alami menunda atau menghindari persalinan karena pemberdayaan mereka yang semakin meningkat.

Pilihan Redaksi
  • Resesi Seks Tak Hanya di Korsel, Warga Negara Ini Ogah Kawin
  • Resesi Seks Buat Pening, ‘Mak Comblang’ Jepang Dapat Rp 272 M
  • Catat! Ini Varian-Varian Covid-19 Ganas yang Telah Ditemukan

“Data menunjukkan bahwa populasi China mempertahankan momentum pertumbuhan yang ringan dalam dekade terakhir,” kata Ning Jizhe, pejabat dari Biro Statistik Nasional, dikutip dariAFP, Kamis (13/5/2021).

Profesor Peking University School of Economic Liang Jianzhang mengatakan dalam sebuah video yang di posting di media sosial Weibo mengatakan untuk menaikkan tingkat kelahiran dari 1,3 saat ini menjadi 2,1 dibutuhkan biaya 10% dari PDB China.

Jumlah itu mencapai 1 juta yuan atau setara Rp 2,3 miliar per kelahiran, dan dapat dialokasikan dalam bentuk uang tunai, keringanan pajak atau subsidi perumahan.

“Saya telah berbicara dengan banyak anak muda … jika hanya diberi beberapa puluh ribu yuan, itu tidak akan mendorong orang untuk memiliki anak lagi,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Menurut Liang Jianzhang dana sebesar 1 juta yuan yang digelontorkan pemerintah untuk kelahiran satu bayi tidak akan merugikan pemerintah karena dikompensasi dengan kontribusi mereka di masa mendatang pada ekonomi negara.

“Jika sebuah keluarga melahirkan anak lagi, kontribusi masa depan anak itu untuk jaminan sosial, pendapatan pajak, akan melebihi 1 juta yuan,” terangnya.

Pernyataan Liang Jianzhang ini kemudian ramai dibicarakan di Weibo. Sebagian besar memperdebatkan apakah 1 juta yuan cukup untuk menutupi biaya pendidikan anak.

“Memiliki anak dan tidak memaksimalkan bakat mereka dianggap sebagai sebuah kejahatan,” tulis pemilik akun Weibo Not Old and Confused.

“Langkah ini harus dilakukan sedini mungkin, jika menunggu beberapa tahun lagi tidak ada yang akan mau melahirkan anak bahkan bila dibayar 2 juta yuan,” ungkap pemilik akun Weibo Rainy Wind.

[Gambas:Video ]

(roy/hps)