Harga Corona, Hotel-Hotel di Jogja Sampai Bali Diobral Murah!
Jakarta, Indonesia – Hari ke hari hotel-hotel yang dijual makin bertebaran di toko online, bahkan tak sedikit yang tutup. Di Surabaya ada Fenomena tutupnya hotel bintang 5 Golden Tulip Legacy Surabaya yang sempat viral.
Ini menjadi salah satu contoh dari ribuan kasus hotel lainnya yang megap-megap. Berdasarkan catatan PHRI Pusat, per Agustus tahun lalu saja ada 1.504 hotel yang harus tutup akibat wabah virus corona. Jumlah ini tentu bisa makin bertambah yang mengobral hotelnya.
Pilihan Redaksi
|
Coba iseng-iseng buka toko online properti, misalnya situs jual beli online Lamudi, tercatat ada 631 hotel di Bali yang diobral. Banderol harga mulai Rp 15-an miliar sampai triliunan rupiah.
Hotel yang memiliki harga Rp 15 miliar salah satunya berada di Ubud Gianyar, di dalamnya memiliki fasilitas restaurant kapasitas 36 sit, parking area 4 mobil dan 20 motor serta 2 kolam renang serta 16 kamar yang terletak di dua lantai. Total Luas tanah sebesar 1.400 m dan luas bangunan 1.500m2, dan masih banyak contoh lainnya.
Provinsi Bali masih tercatat sebagai provinsi dengan persentase TPK terendah, yaitu sebesar 8,99%, artinya 90% lebih kamar hotel kosong. Fenomena ini terjadi umumnya di lokasi kota-kota besar dan pusat wisata selain Bali. Kota besar dan wilayah wisata sangat bergantung dengan kerumunan, pandemi membuyarkan segalanya.
Hotel di Jogja Termasuk Terparah
Ratusan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di ambang kebangkrutan, sebagian lagi sudah memilih tutup total. Sebagai daerah wisata, Jogjakarta terkena hantaman keras akibat Covid-19 yang sudah berjalan selama 1 tahun lebih.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana menyebutkan bahwa jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.
“Sampai sekarang, tambah lagi 3 hotel dan restoran yang tutup. Jadi total jadi 53 hotel dan restoran yang sudah tutup,” katanya kepada .
Data tersebut hanya merupakan anggota PHRI, di luar itu jumlahnya bisa dua kali lipat bahkan ratusan. Ratusan hotel masuk ke dalam beberapa kategori, mulai dari kuat, setengah kuat, pingsan, hampir mati dan mati. Kekuatan finansial dari masing-masing unit usaha menjadi penentu.
Pelaku usaha sudah tidak kuat menahan besarnya biaya operasional mulai dari listrik, air hingga gaji pegawai. Ketika beban tetap ada, namun okupansi makin menurun. Penyebabnya karena penyekatan antar kota menyulitkan wisatawan mobilisasi antar kota.
“Hotel di Jogja mengandalkan wisatawan dari Jakarta, Jawa Barat yang UMR (Upah Minimum Regional) lebih tinggi, namun karena ada penyekatan tingkat hunian hanya 5%-7%, Ini terendah dibanding 2020 ketika awal pandemi. Bahkan setelah larangan mudik 49,8% masyarakat cancel dan memilih reschedule,” jelasnya.
Di toko online, hotel-hotel di Jogja banyak dilego, misalnya hotel Bintang 2 Favehotel, hotel bintang 3 Aston Group, hingga hotel bintang 4 The Atrium. Nilainya beragam, harga dibuka mulai dari Rp 95 miliar hingga Rp 190 miliar. Namun, sayangnya hotel-hotel itu susah laku karena kondisi banyak sektor sedang sulit.
“Saya belum dapat info dari teman owner atau GM tersebut, tapi saya ambil kesimpulan saja bahwa itulah keadaan riil di lapangan, seperti itu karena gimana lagi, mau apalagi? tapi kan belum laku,” kata Deddy.
[Gambas:Video ]
(hoi/hoi)