Heboh Bisnis China Diminta Angkat Kaki dari Myanmar

A crowd of protesters fill a street and a bridge in Mandalay, Myanmar on Sunday, Feb. 7, 2021. Tens of thousands of people rallied against the military takeover in Myanmar's biggest city on Yangon Sunday and demanded the release of Aung San Suu Kyi, whose elected government was toppled by the army that also imposed an internet blackout. (AP Photo)

Jakarta, – Pengunjuk rasa Myanmar marah terhadap China. Negeri Presiden X Jinping tersebut dianggap mendukung junta militer Myanmar merebut kekuasaan 1 Februari lalu.

Sekelompok massa bahkan meneriakkan rencana menghancurkan pipa gas terbesar China-Myanmar akhir pekan kemarin. Jalur pipa itu menjadi sasaran kemarahan pendemo di Mandalay, kota terbesar kedua negeri itu.

Pilihan Redaksi
  • Merusak Kaum Muda, TikTok di-Banned Lagi Oleh Pakistan
  • ‘Geng Baru’ Biden Mendadak Gelar Meeting Penting, soal China?
  • ‘Lawan’ China, 4 Negara Janjian Kirim 1 Miliar Vaksin ke Asia

“Bisnis Cina, Keluar! Keluar!” teriak selusin pengunjuk rasa di kota tersebut.

Mandalay adalah titik jalur pipa di Myanmar yang terhubung dari Samudra Hindia ke China, yang dibangun sejak 2013. Pipa membawa minyak senilai US$ 1,5 miliar sejauh 770 km.

Ujaran kebencian ke China juga datang di media sosial Myanmar. Ini meningkatkan pertanyaan di kalangan bisnis kedua negara. Bukan hanya soal investasi, tapi miliaran dolar yang dialokasikan dalam proyek infrastruktur China, Belt and Road (BRI).

“China, Shame on You. Berhenti mendukung ‘pencurian’ suatu negara,” tulis salah satu plakat protes di luar kedutaan besar China.

Halaman 2>>