Mister Biden Mau Naikin Pajak Ya? RI Untung atau Buntung Nih?

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, – Pasar keuangan Indonesia melemah sepanjang pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, sampai harga obligasi pemerintah mengalami koreksi.

Sepanjang minggu kemarin, IHSG melemah tipis 0,03% secara point-to-point. Meski IHSG melemah. Tetapi Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat investor asing melakukan beli bersih senilai Rp 0,93 triliun.

Baca:

IHSG Boleh Turun Tipis, tapi Ada Saham Cuan 200% Lebih

Sementara harga obligasi pemerintah juga bergerak turun. Penurunan harga terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield), di mana untuk seri acuan tenor 10 tahun naik 9,8 basis poin (bps) sepanjang pekan lalu. Harga dan yield obligasi memiliki hubungan terbalik.

Per 18 Maret 2021, kepemilikan investor asing di obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) adalah Rp 953,24 triliun. Turun Rp 1,69 triliun dibandingkan sepekan sebelumnya.

Jadi secara neto, investor asing masih cenderung keluar dari pasar keuangan Indonesia. Ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,14% secara point-to-point.

Baca:

Sad, Rupiah Dilibas Dolar AS & Diganyang Mata Uang Asia Lain

Tekanan di pasar keuangan domestik masih disebabkan oleh tren kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Sepanjang pekan lalu, yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun naik 9,7 bps secara point-to-point.

Pada perdagangan akhir pekan, yield instrumen ini ditutup di 1,732%. Ini adalah yang tertinggi sejak 23 Januari 2020.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS didorong oleh tingginya ekspektasi inflasi di Negeri Paman Sam. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam proyeksi terbarunya memperkirakan laju inflasi pada akhir tahun bisa mencapai 2,4%. Lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yakni 1,8%.

Percepatan laju inflasi bisa membuat The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih cepat. Saat suku bunga naik, maka yield (yang sangat sensitif terhadap suku bunga) akan ikut terkerek.

Di sini kita bicara tentang obligasi pemerintah AS, aset yang sangat aman anti gagal bayar (default). Sudah aman, kini aset itu memberikan keuntungan dengan yield yang semakin tinggi.

Akibatnya, investor terus mengalihkan fokus ke pasar obligasi pemerintah AS. Perburuan terhadap dolar AS meningkat sebagai persiapan untuk mengoleksi US Treasury Bonds.

Sepanjang pekan lalu, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,26% secara point-to-point. So, wajar saja IHSG dkk berakhir merah.

Baca:

Dear Mister Biden, Yield Surat Utangnya Tinggi Banget!

Halaman Selanjutnya –> Wall Street Rontok!