Relawan Uji Vaksin Sinovac di Bandung Positif Covid-19 Jadi 95 Orang
, Bandung – Jumlah peserta uji klinis vaksin Sinovac di Bandung yang terinfeksi virus corona Covid-19 ternyata bertambah. Dari 25 orang yang diungkap pertengahan Januari lalu, jumlahnya kini 95 orang.
Pertengahan Januari lalu adalah periode tiga bulan riset uji klinis yang hasilnya menyodorkan angka efikasi vaksin buatan Cina itu yang sebesar 65,3 persen. Sedang saat ini menginjak usia riset uji klinis enam bulan, bertepatan dibukanya data peserta uji yang menerima vaksin dan yang hanya menerima plasebo.
“Baik yang dapat plasebo maupun yang dapat vaksin, dikumpulin ya 95 orang sampai hari ini,” kata Ketua Tim Riset Kusnandi Rusmil menerangkan jumlah peserta uji klinis yang telah tertular Covid-19, Senin 22 Maret 2021.
Kusnandi tak merinci 95 kasus tersebut berapa dari kelompok penerima vaksin dan berapa dari antara penerima plasebo. Namun dia menyebut angka efikasi vaksin yang diuji setelah enam bulan ini tak berubah, yakni 65 persen.
“Artinya yang mempunyai kekebalan setelah diimunisasi 65 persen. Dibawah itu tidak kebal walaupun dia itu dapat vaksin,” kata Kusnandi.
Kusnandi mengungkap itu saat berada di Puskesmas Garuda dengan agenda mengambil sampel darah para relawan uji klinis untuk mengukur antibodi di bulan keenam pasca suntikan dosis pertama vaksin. Dia juga menyebutkan bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta riset diperpanjang enam bulan lagi.
Menurut Kusnandi, permintaan perpanjangan uji klinis tersebut untuk mempelajari lebih detil efek dari vaksin yang diberikan. “Karena penyakit ini baru satu tahun ya, jadi kita masih pelajari dengan teliti. Masih banyak pertanyaan besar, jadi WHO minta semuanya di ambil darah lagi nanti,” kata dia sambil menambahkan permintaan wajib dipenuhi.
Kusnandi mengatakan, WHO juga meminta relawan nantinya mendapat suntikan booster. Dasarnya, vaksinasi yang sudah diberikan tidak berarti memberi kekebalan terhadap Covid-19 seumur hidup.
Baca juga:
Efikasi Vaksin Covid-19 Bukan Harga Mati, Begini Kalkulasinya
Profesor bidang kedokteran anak itu menyamakan dengan virus influenza yang selalu berubah. “Jadi influenza itu kalau kita diimunisasi, setahun sekali kan, sekarang ini tiap tahun ganti, tiap tahun ganti, barangkali ini sama,” kata dia.